NUSANTARA – Mengenal kultur dan Asal-usul Suku Anak Dalam. Asal-usul suku ini masih sangat penuh misteri. Bahkan hingga saat ini tidak ada yang bisa memastikan asal usul dari suku tersebut. Sulit untuk bisa mencari sejarah suku tersebut. Sejarah mereka hanya diketahui dari cerita mulut ke mulut para keturunnya dan itupun hanya sedikit.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula hadirnya suku Anak Dalam, Namun hal ini juga belum memiliki bukti yang cukup. Suku ini juga memiliki beberapa nama yaitu suku Kubu,anak Rimba dan suku Anak Dalam. Untuk nama Kubu bagi mereka memiliki arti yang negatif. Kubu artinya menjijikan, bodoh dan kotor.
Mengenal Kultur Suku Anak Dalam
Suku Anak Dalam adalah salah satu suku tertinggal dan minoritas yang ada di Pulau Sumatera. Lebih tepatnya berada di Provinsi Jambi dan ada juga di Sumatera Selatan.
Mayoritas dari mereka menganut kepercayaan animisme. Akan tetapi ada juga beberapa keluarga dari mereka yang pindah ke Agama Kristen ataupun Islam.
Kelompok ini menetap di daerah Sumatera Selatan terutama pada daerah Rawas Rupit dan Musi Lakitan. Di daerah tersebut terdapat banyak Suku Anak Dalam yang menggantungkan hidup di wilayah persawitan. Bahkan ada juga yang memanfaatkan lahan sawit dari perusahaan Lonsum untuk diambil dan dijual. Hal tersebut dilakukan karena mereka memiliki prinsip dasar bahwa apa yang tumbuh di alam adalah milik mereka bersama
Kehidupan Suku Anak Dalam
Suku anak dalam memiliki tiga kelompok, yaitu Kejasung di bagian utara dan timur, kelompok Air Hitam di bagian selatan kawasan, serta Makekal di bagian barat kawasan. Cagar Biosfir Bukit Duabelas adalah wilayah keberadaan dari suku ini bertempat.
Nama – nama kelompok tersebut disesuaikan dengan nama sungai tempat mereka tinggal. Seperti halnya masyarakat umum, Suku Anak Dalam juga bergantung pada sungai sebagai sumber air minum, serta aktivitas kehidupan lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang selalu bertempat di bantaran sungai.
Dahulunya, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, mereka biasa melakukan kegiatan berburu, meramu, menangkap ikan dan juga makan buah yang ada dihutan tempat tinggalnya.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman. Bertambahnya pengetahuan dan peralatan hidup serta akulturasi budaya dari masyarakat luar. Mereka juga telah mengenal pertanian, budidaya serta perkebunan.
Cara Mencari Bahan Makanan
Berburu binatang seperti Babi, Beruang, Monyet, Ular, Kera, Rusa, Labi-labi, Kijang dan berbagai jenis unggas, masih tetap dipertahankan hingga saat ini.
Berburu biasa dilaksanakan mereka secara bersama-sama dengan membawa anjing. Alat yang digunakan untuk berburu adalah Parang dan Tombak. Selain itu, menangkap mereka juga menggunakan sistem perangkap dan jerat untuk mendapatkan binatang buruan.
Selain dari berburu mereka juga biasa meramu di dalam hutan, yaitu mengambil dedaunan, akar-akaran dan juga buah-buahan. Hasil yang diperoleh sangat ditentukan dari lokasi mereka meramu.
Jika meramu di hutan lebat, biasanya mereka akan mendapatkan buah-buahan, seperti durian, cempedak, arang paro, dan beberapa jenis buah lainnya. Dan apabila mereka meramu dipinggir sungai dan lembah biasanya akan mendapat rebung, pakis, enau, gadung dan rumbia.
Mereka terkenal tidak pernah “mandi”, jadi jangan pernah menunjukkan kalau kita merasa terganggu dengan “bau badan” mereka. Konon ceritanya Jika kita atau mereka meludah ke tanah dan mereka menjilat ludah tersebut, maka secara tidak langsung kita telah menjadi bagian dari mereka. Sama seperti suku Primitif lainnya yang ada di Indonesia, mereka memiliki ilmu magis yang bisa dibilang sakti. Percaya atau tidak, namun itulah kenyataan yang ada.
BACA JUGA : SUKU MANTE DITEMUKAN MASIH ADA DI ACEH ???