Candi Kethek adalah candi Hindu abad ke-15-16 berbentuk piramida megalitik bertingkat di lereng barat laut Gunung Lawu di desa Anggrasmanis. Kecamatan Gumeng, kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Candi ini memiliki tujuh teras yang menghadap ke barat, masing-masing teras dihubungkan dengan tangga batu. Terdapat jalan alternatif menuju teras atas di sisi selatan. Candi Kethek terletak di timur laut Candi Ceto Jawa-Hindu abad kelima belas. Untuk mencapai Candi Kethek, pengunjung harus menempuh jalan setapak sepanjang 300 m dari Candi Ceto searah dengan jalan setapak menuju Puri Taman Saraswati.
BACA JUGA : Candi Asu Magelang, Mengenal Sejarah Dan Asal-Usul Dibangun
Etimologi
Kethek dalam bahasa jawa artinya kera, nama yang diberikan penduduk pada pura ini karena dulunya banyak terdapat kera di kawasan ini. Candi berarti candi Hindu yang dibangun pada Zaman Hindu-Buddha atau “masa Hindu-Buddha”, antara abad ke-4 dan ke-15.
Sejarah
Keberadaan candi ini telah dilaporkan sejak tahun 1842. Pada tahun 2005, penggalian dilakukan oleh Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah bekerja sama dengan Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kabupaten Karanganyar. Patung kura-kura penjelmaan dewa Hindu Dewa Wisnu yang melambangkan Samudramanthana ditemukan di teras paling bawah. Yang menegaskan bahwa Candi Kethek adalah tempat ibadah umat Hindu. Penelitian terhadap Candi Kethek masih terus dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang sejarah candi dengan mempelajari tata letak candi, serta prasasti dan artefak yang ditemukan di situs tersebut.
Arsitektur
Candi ini mirip dengan Candi Ceto dan Candi Sukuh (candi) Jawa-Hindu abad ke-15 yang terdapat di kawasan berundak ini. Yang kesemuanya dianggap sebagai ciri khas bangunan cagar budaya Megalit di nusantara. Berdasarkan kesamaan tersebut, maka waktu berdirinya Candi Kathek diperkirakan hampir sama dengan dua candi lainnya. yakni sekitar abad ke-15 hingga ke-16 Masehi.
Pada teras pertama candi terdapat bangunan di sisi timur laut. Teras kedua dan ketiga masing-masing mempunyai dua bangunan di sisi utara dan selatan. Sedangkan teras keempat, yaitu teras paling atas. Diduga merupakan lokasi bangunan pura induk, yang kini mempunyai “stana” kecil bermahkota emas yang dibalut Kain Poleng Bali.