Sejarah Dan Asal Usul, Budaya Di Pulau Dewata Bali

Estimated read time 3 min read

DETIK.comSejarah Dan Asal Usul, Budaya Di Pulau Dewata Bali, banyak juga wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk mengunjungi kota tersebut. Dikarenakan keindahan alam dan seni budayanya, akan tetapi masih banyak orang yang belum mengetahui sejarah dan asal usul pulau Dewata Bali.

Sebuah cerita menyebutkan bahwa Pulau Bali pernah menyatu dengan Pulau Jawa. Menurut kitab Babad Bali, Pulau Dewata terpisah dari Tanah Jawa karena seorang brahmana Sidhi Mantra bertapa sehingga memisahkan keduanya.

Sidhi Mantra berasal dari Kerajaan Daha di Kediri, Jawa Timur. Ia mempunyai seorang putra bernama Manik Angkeran. Namun putranya sangat suka berjudi sehingga memiliki banyak hutang. Suatu hari, dia tidak mampu membayar utangnya sehingga dia meminta bantuan ayahnya, Sidhi Mantra.

Sidhi Mantra kemudian pergi ke Gunung Agung untuk meminta pertolongan Naga Basuki. Sesampainya di sana, dia membunyikan bel untuk membangunkan Naga Basuki. Kemudian naga membantu Sidhi Mantra dengan memberinya beberapa keping emas.

Setelah itu, Manik Angkeran kemudian menggunakan koin emas milik ayahnya untuk membayar utangnya. Namun setelah kejadian tersebut, Manik terus berjudi.

Suatu hari, tanpa sepengetahuan Sidhi Mantra, Manik mengikuti dan mengetahui bahwa ayahnya telah bertemu Naga Basuki. Suatu malam, Manik menyelinap ke kamar ayahnya saat dia sedang tidur dan mengambil bel.

Sesampainya di Gunung Agung, ia membunyikan bel seperti yang dilakukan ayahnya untuk membangunkan Naga Basuki. Sosok naga bermahkota berlian dan bertatahkan emas membuat Manik kaget. Amarah buruk Manik muncul saat melihat kilauan emas itu.

Ketika Naga Basuki lengah, dia memotong ekor naga itu dan segera berlari. Kejadian ini membuat Naga Basuki marah dan meludahi Manik Angkeran hingga tewas.

Asal-usul Budaya Bali

Setelah mengetahuinya, Sidhi Mantra meminta maaf kepada Naga Basuki dan meminta agar Manik Angkeran dihidupkan kembali. Naga Basuki memenuhi permintaan tersebut asalkan ekornya dikembalikan. Setelah itu Sidhi Mantra mengiyakan dan Manik Angkeran hidup kembali.

Setelah itu, Sidhi Mantra menyerahkan Manik Angkeran kepada Naga Basuki untuk dilayani. Sidhi Mantra kembali ke Daha dan Manik Angkeran ditinggal tinggal di Gunung Agung. Sesampainya di Genting, Sidhi Mantra mengira Manik Angkeran tidak akan kembali ke Daha untuk berjudi lagi.

Akhirnya setelah meditasi yoga selesai, Sidhi Mantra menggoreskan tongkatnya ke tanah. Tempat meditasi Sidhi Mantra di Tanah Genting berubah menjadi perairan yang sekarang dikenal dengan nama Pura Segara Rupek di Buleleng.

Candi ini hanya berjarak dua kilometer dari Pulau Jawa. Namun hingga saat ini keturunan Manik Angkeran masih bertanggung jawab sebagai penjaga adat Pura Besakih di kaki Gunung Agung.

Kebudayaan Bali

Kebudayaan di Bali banyak dipengaruhi oleh masuknya agama Hindu-Buddha dari India pada abad ke-1 Masehi. Kedatangan tersebut membawa dampak terhadap kebudayaan di Bali saat ini.

Seperti diketahui, setiap sudut di Bali terdapat pura atau tempat persembahan dan berbagai macam upacara adat yang kaya akan makna.

Tak hanya itu, kebudayaan Bali terkenal dengan seni tari, seni pertunjukan, dan seni ukirnya. Dalam kesehariannya, mereka menari, memahat, melukis, memainkan alat musik, dan menampilkan lakon budaya tradisional.

Baca Juga : Sejarah Dan Asal Usul Nama Solok, Kota yang Kaya Akan Warisan

You May Also Like

More From Author