Suku Baduy adalah penduduk asli yang mendiami Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy adalah sebutan yang diberikan oleh orang luar kepada kelompok masyarakat ini. Pendapat pertama mengenai munculnya nama Baduy berasal dari peneliti Belanda yang melihat kemiripannya dengan kelompok Arab Badawi di Timur Tengah yang merupakan masyarakat nomaden.
Asal Usul Suku Baduy
Sejarah suku baduyberasal dari batara cikal, yaitu salah satu dewa yang diturunkan ke bumi. Dan batara cikal itu sendiri, memiliki peran untuk mengatur keseimbangan yang ada dibumi. Versi ini mirip dengan kisah turunnya Nabi Adam ke bumi. Suku Baduy juga meyakini bahwa mereka adalah keturunan Nabi Adam. Para sejarawan mempunyai pendapat tersendiri berdasarkan temuan prasasti sejarah, catatan pelaut Portugis dan Cina yang dihubungkan dengan cerita rakyat tentang Tatar Sunda.
Menurut Van Tricht, masyarakat Baduy sudah lama ada di sana dan merupakan masyarakat adat dan sangat menjaga budaya nenek moyang mereka. Pendapat Van Tricht ini sejalan dengan pendapat Danasasmita dan Djatisunda (1986:4-5) dimana menurut kedua ahli tersebut pada masa lampau ada seorang raja yang memerintah di daerah sekitar Baduy bernama Rakeyan Darmasiska. Raja memerintahkan masyarakat Baduy untuk menjaga Kabuyutan (tempat pemujaan leluhur) dan menjadikan kawasan tersebut sebagai Mandala atau kawasan suci.
BACA JUGA : Asal Usul Nama Bandung Berdasarkan Sejarah
Tradisi Suku Baduy
1. gemar Berjalan Kaki
Masyarakat Baduy dikenal sangat gemar berjalan dengan telanjang kaki. Mereka akan berjalan kemanapun meski jaraknya cukup jauh tanpa menggunakan alas kaki. Tidak memakai alas kaki dan tidak menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi merupakan prinsip hidup masyarakat Baduy untuk menjaga keharmonisan dengan alam.
2. Sistem Kekerabatan Berdasar Wilayah
Hubungan kekerabatan dapat dilihat dari tiga sisi yaitu Desa Tangtu, Desa Panamping, dan Pajaroan. Dalam hal ini seluruh wilayah Desa Baduy adalah “Tangtu Teulu Jaro Tujuh” yang artinya seluruh penduduk yang ada di wilayah Baduy Kanekes merupakan satu saudara yang berasal dari satu nenek moyang. Perbedaannya terletak pada generasi tua dan muda, dimana masyarakat Cikeusik dianggap sebagai generasi tertua, Cikertawana sebagai generasi menengah, dan Cibeo sebagai generasi termuda.
3. Sistem Kekerabatan Merujuk Nama Ibu
Masyarakat Baduy juga mempunyai nama unik yang mengambil suku kata pertama dari orang tuanya. Anak perempuan biasanya menggunakan nama ayahnya, sedangkan anak laki-laki menggunakan nama ibu. Misalnya nama ibu Arsunah maka nama anaknya Ardi atau Arsani. Namun masyarakat Baduy menggunakan nama anak tersebut untuk memanggil mereka. Misalnya bapak yang anaknya bernama Asep akan dipanggil bapak Asep padahal nama aslinya adalah Ujang. Karena nama panggilan ini digunakan terus menerus, tidak jarang banyak orang tua yang lupa dengan nama aslinya sendiri.