Suku Dani adalah salah satu suku yang terkenal dan terbesar di Papua. Suku Dani ini mempunyai keunikan budaya dan tradisi yang menarik untuk kita ketahui. Sebagai salah satu provinsi yang terbesar di Indonesia, Papua adalah rumah bagi banyak kelompok etnis. Diperkirakan jumlah suku yang mendiami Bumi Cenderawasih sekitar 466 suku.
Beberapa suku bangsa yang terkenal di Papua seperti suku Asmat, suku Amungme, suku Bauzi, dan suku Dani. Beberapa suku lainnya tersebar di berbagai wilayah. Suku Dani tersebut tinggal di kawasan lembah Baliem di bagian tengah pegunungan Jayawijaya, Papua. Suku ini hidup berkelompok, dan tinggal di rumah yang dilengkapi honai.
Mereka juga masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat nenek moyang mereka serta masih menggunakan teknologi neolitikum masa lalu. Laki-laki suku tersebut, masih menggunakan koteka. Untuk menutup aurat dan perempuan memakai pakaian berumbai yang terbuat dari rumput dan ijuk.
Nama Dani sendiri diberikan oleh para peneliti pada suatu ekspedisi Striiling. Menurut Le Roux, arti nama Dani berasal dari bahasa Moni yaitu “Ndani” yang berarti “Timur menuju terbitnya matahari”.
Asal-Usul Suku Dani
Masyarakat asli suku Dani sendiri tidak mengetahui siapa yang memberi nama pada suku mereka. Namun mereka mengenal “Ndani” yang berarti “damai”.
Sistem Kepercayaan
Dasar kepercayaan ataupun agama masyarakat Dani adalah melindungi dan menghormati roh nenek moyang. Berbagai upacara dan tradisi dilakukan untuk tujuan ini.
BACA JUGA : Sejarah Penciptaan Bom: Dari Sederhana hingga Senjata
Mereka percaya bahwa roh nenek moyang mereka, laki-laki ( Suanggi Ayoka ) dan perempuan (Suanggi Hosile) masih ada di hutan dan hidup di tumbuhan, pohon, hewan dan benda. Karena mereka sangat menjaga hubungan baik dengan alam dan hutan.
Selain itu, untuk lebih menghormati leluhurnya, suku Dani juga membuat Kaneka. Semacam lambang leluhur yang terbuat dari batu keramat yang diasah hingga bersinar.
Tradisi Potong Jari
Jika suami, istri, ayah, ibu, anak atau saudaranya meninggal, mereka tidak hanya berduka dengan menangis. Sebaliknya mereka akan memotong salah satu jarinya hingga putus. Proses pemotongan jari ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti memotong dengan pisau, kapak atau parang. Ada juga yang menggigit ruas jari hingga putus atau mengikat jari dengan tali sehingga aliran darah terhenti dan ruas jari mati lalu terpotong.
Mereka percaya bahwa memotong jari merupakan simbol kepedihan karena ditinggal oleh anggota keluarga tercinta. Selain itu juga sebagai doa untuk mencegah terulangnya bencana yang merenggut nyawa keluarga tersebut.
Nantinya kesedihan akibat ditinggalkan hanya akan sembuh jika jari yang terpotong juga sudah sembuh. Bagi suku Dani, jari dianggap sebagai simbol keharmonisan, persatuan dan kekuatan dalam diri manusia dan keluarga. Perbedaan bentuk dan juga ukuran masing-masing jari melambangkan sebuah keluarga yang saling melengkapi.
Masing-masing jari saling bekerja sama membangun kekuatan agar tangan dapat berfungsi melakukan sesuatu. Jadi kehilangan salah satu ruas jari akan mengurangi kekuatan dan kebersamaan.
Begitu pula dengan anggota keluarga atau kelompok masyarakat. Sehingga tradisi ini menjadi pedoman dasar dalam hidup masyarakat Dani.