Sejarah Asal Usul Kota Blangpidie Dan Seni Budaya-nya

Estimated read time 3 min read

Sejarah Asal Usul Kota Blangpidie, adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia, yang beribukota di Blangpidie. Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002. Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk Aceh Barat Daya sebanyak 154.800 jiwa.

Sejarah

Aceh Barat Daya atau yang sering disingkat “ABDYA” merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Pemekaran kabupaten yang dijuluki Bumoe Breueh Sigupai ini bukan merupakan hasil reformasi tahun 1998. Meski pergantian pemerintahan pusat saat itu mempercepat pemekaran, namun wacana pemekaran sendiri sudah berkembang sejak sekitar tahun 1960-an.

Warga Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya pernah menjadi sasaran serangan kapal perang Amerika Serikat. Potomac, nama kapal perang ini, membawa lebih dari 300 tentara. Dikirim atas perintah Presiden Andrew Jackson sebagai bentuk hukuman bagi warga Kuala Batee yang telah menyita kargo milik kapal dagang Amerika Serikat bernama Friendship.

Namun Warga Kuala Batee menyerang kapal tersebut karena muak dengan pedagang Amerika yang suka memasang timbangan. Kargo yang disita bernilai sekitar US$50.000. Salah satu muatannya adalah lada dan opium. Dalam penyerangan ini lebih dari 450 warga Kuala Batee tewas, sedangkan Amerika Serikat hanya kehilangan dua tentaranya dan puluhan lainnya luka-luka.

Seni Budaya

Tari Rateb Meuseukat merupakan tarian khas Aceh yang berasal dari Aceh. Nama Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa Arab yaitu rateb yang berasal dari kata ratib yang berarti ibadah dan meuseukat yang berasal dari kata sakat yang berarti keheningan.

BACA JUGA : Asal Usul Baim Wong : Dari Bintang Sinetron 

Dikisahkan gerak dan gaya tari Ratéb Meuseukat diciptakan oleh putra Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya), sedangkan syair atau ratéb diciptakan oleh Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan yang tinggal di abad kesembilan belas. Isi dan isi puisinya berupa sanjungan dan puji-pujian kepada Allah SWT serta puji-pujian kepada Nabi yang diperankan oleh sejumlah wanita yang mengenakan pakaian adat Aceh.

Tarian ini banyak berkembang di Meudang Ara Rumoh Baro di kabupaten Aceh Barat Daya. Awalnya Ratéb Meuseukat dimainkan setelah selesai mengaji pada malam pelajaran agama, hal ini tidak lepas dari sebagai media dakwah. Permainan ini dimainkan dalam posisi duduk dan berdiri.

Pada akhirnya permainan Ratéb Meuseukat juga dilakukan pada upacara-upacara keagamaan dan hari-hari besar, upacara perkawinan dan hal-hal lain yang tidak bertentangan dengan agama. Saat ini tarian ini merupakan tarian yang paling terkenal di Indonesia. Hal ini disebabkan keindahan, kedinamisan dan kecepatan geraknya. Tarian ini sering disamakan dengan tari Saman milik suku Gayo. Sebenarnya terdapat perbedaan yang sangat jelas antara kedua tarian ini.

Dan Perbedaan utama antara tari Ratéb Meuseukat, dengan tari Saman ada 3, yaitu pertama, tari Saman menggunakan bahasa Gayo, sedangkan tari Ratéb Meuseukat menggunakan bahasa Aceh. Kedua, tari Saman tersebut dibawakan oleh laki-laki, sedangkan tari Ratéb Meuseukat dibawakan oleh perempuan. Ketiga, tari Saman tidak diiringi alat musik, sedangkan tari Ratéb Meuseukat diiringi alat musik yaitu rapa’i dan geundrang.

You May Also Like

More From Author