Asal Usul nama Bandung berdasarkan Sejarah, banyaknya tempat wisata yang menarik, membuat masyarakat dari berbagai daerah datang ke Bandung untuk liburan. Meskipun menjadi daerah yang popular dikalangan wisatawan, kemungkinan banyak yang belum tahu seputar Asal Usul nama Bandung.
Sejarah Nama Bandung
Jika ditilik dari sejarahnya, asal usul nama Bandung diambil dari kata “bendung” atau “bendungan”. Pada zaman dahulu, Sungai Citarum sempat tersumbat karena lahar Gunung Tangkuban Perahu. Akibat kejadian tersebut, kawasan Padalarang hingga Cicalengka dan kawasan lain antara Gunung Tangkuban Perahu hingga Soreang tergenang air.Kemudian terbentuklah sebuah danau besar yang diberi nama Danau Bandung atau Danau Purba oleh warga sekitar. Seiring berjalannya waktu, danau besar tersebut mengering dan kawasan ini menjadi cikal bakal kawasan Bandung.
Legenda Nama Bandung
Sedangkan jika melihat legendanya, nama Bandung berasal dari kendaraan air yang digunakan oleh Bupati Bandung bernama RA. Wiranatakusumah II. Pada zaman dahulu konon RA Wiranatakusumah II sering menggunakan kendaraan air untuk menyusuri Sungai Citarum. Hal itu dilakukannya untuk mencari pusat kabupaten baru, sehingga bisa menggantikan ibu kota lama, Dayeuhkolot.
Bentuk wahana air ini berupa dua perahu yang diikat menjadi satu, namanya perahu bandung. Nama Bandung juga konon berasal dari kata Indonesia “banding” yang jika diterjemahkan berarti berdampingan.
Cerita Rakyat Asal Usul Bandung
Sama seperti daerah lain di Indonesia, Bandung juga mempunyai cerita rakyat yang menceritakan asal muasal terbentuknya suatu daerah, keberadaan kawasan Bandung tidak bisa dipisahkan dari Sungai Citarum. Nah, pada zaman dahulu kala ada seorang sakti yang bernama Empu Wisesa. Ia mempunyai seorang putri bernama Sekar.
BACA JUGA : Suku Betawi, Asal Usul, Kultur Rumah Bagi Seluruh Etnis
Empu tersebut memiliki 2 murid yaitu Wira dan Jaka, mereka ditemukan saat di tinggalkan di Desa yang terkena Lava Gunung Tangkuban Perahu. Beranjak dewasa ternyata kedua muridnya mempunyai sifat yang bertolak belakang, Wira merupakan anak yang rajin sedangkan Jaka merupakan anak yang pemalas.
Ketika sudah dewasa, Jaka ingin berbicara dengan gurunya secara privat, artinya ingin melamar putra Empu Wisesa. Mendengar hal tersebut, Empu Wisesa berkata akan menyampaikan niat Jaka kepada putranya, Sekar. Sayangnya, Sekar menolak lamaran Jaka dan mengaku hanya ingin menikah dengan Wira.
“Lihatlah lahar Gunung Tangkuban Perahu! “Siapapun yang mampu memadamkan lahar itu, aku akan menikah dengan Sekar,” kata Empu Wisesa. Sesaat mendengarnya, Wira mengira api bisa dipadamkan dengan air. Sementara itu, Jaka merasa pesan Empu Wisesa tidak mungkin terlaksana.
Wira kemudian bergerak mencari sumber air dan menemukan Sungai Citarum, dan menemukan bahwa lahar Gunung Tangkuban Perahu berada di daerah cekungan yang cukup rendah. Dengan kemampuannya, Wira meruntuhkan sebuah bukit di dekat Sungai Citarum, kemudian airnya meluap dan mengalir menuju lahar Gunung Tangkuban Perahu yang berada di cekungan tersebut. Akhirnya cekungan berisi lava tersebut berubah menjadi sebuah danau besar yang dikenal dengan nama Danau Bendung.
Danau Bendung berangsur-angsur surut dan mengering. Namun kawasan bekas danau itu kini berubah menjadi kawasan subur. Nah, bekas Danau Bendung inilah yang menjadi latar belakang daerah yang kini dikenal dengan nama Bandung.