Asal Usul Dan Kultur Kota Tanjung Selor merupakan salah satu pusat pemerintahan (ibu kota) Provinsi Kalimantan Utara di Kabupaten Bulungan. Secara historis, kota ini dibangun di seberang Tanjung Palas dan sejarah mencatatnya. Sebagai salah satu pusat perdagangan sibuk di pesisir timur, Pulau Kalimantan. Letak kota ini berada di sebelah utara Kabupaten Berau dan sebelah timur Kecamatan Tanjung Palas (ibukota Kesultanan Bulungan) dengan luas kurang lebih 1.277,81 km².
Tanjung Selor merupakan kota perdagangan dengan interior yang tenang dan nyaman. Keberadaan Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan berawal dari Kesultanan Bulungan.
Setidaknya ada tiga versi asal usul nama Tanjung Selor. Pertama, dahulu di Tanjung Selor banyak terdapat pohon kelor dan dari pohon kelor inilah lahirlah nama Selor. Versi kedua, dulunya ada orang Inggris yang berprofesi sebagai pelaut dan orang memanggilnya pak pelaut, kemudian menjadi selor. Ketiga, kawasan ini berbentuk tanjung, terletak di antara dua atau di tengah-tengah Ilur (tanjung), kemudian lama kelamaan namanya berubah menjadi Tanjung Selor.
Sejak dahulu kala, masyarakat Tanjung Selor sangat beragam. Dari berbagai suku seperti Tidung, Bulungan, Dayak, Bugis, Jawa dan suku pendatang lainnya. Hal ini dapat ditelusuri dari catatan perjalanan yang dibuat oleh J. Zweger sekitar tahun 1853.
Perdagangan Bersejarah Di Timur Kalimantan
Zweger dalam laporannya menyatakan bahwa, berkembangnya kawasan perdagangan di Tanjung Selor yang berhadapan langsung (dipisahkan oleh Sungai Kayan). Dengan Tanjung Palas memicu masuknya pendatang, yang juga berprofesi sebagai pedagang dari luar Bulungan. Sehingga mengakibatkan, terbentuknya sebuah desa baru di seberang Tanjung Palas yaitu di Tanjung Selor.
BACA JUGA : Republik Demokratik Kongo ( Khinshasa ) Sejarah Kultur Dan Urban
Para pedagang keturunan Arab, mengawali kedatangannya dengan membuat kantong-kantong pemukiman di tepian Sungai Kayan. Yang kemudian disusul dengan tumbuhnya kantong-kantong pemukiman, dari para pedagang Tidung, Bugis, Jawa, Melayu, Banjar, dan Cina. Saat ini Anda bisa melihat secara langsung bahwa, selain Kampung Arab, juga terdapat Kampung Perdagangan dan Tanah Seribu atau dikenal juga dengan Kampung Pasar. Yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat Banjar di Tanjung Selor.
Interaksi antar pedagang pada masa itu menghasilkan pertukaran keahlian terkait teknik pembuatan perahu dan kapal, navigasi, dan pertukaran barang dagangan, dan yang terpenting adalah penggunaan bahasa dan tulisan Arab Melayu sebagai linguafranca atau bahasa pengantar. dalam perdagangan.
Untuk mengunjungi Tanjung Selor Anda dapat mengambil penerbangan menuju Kota Tarakan dengan pesawat kemudian dilanjutkan dengan speed boat selama satu jam perjalanan atau pesawat berjadwal selama 15 menit. Anda juga bisa terbang langsung dari Balikpapan atau Samarinda menuju Tanjung Selor, karena kota ini telah memiliki bandara perintis (Bandara Tanjung Harapan) dengan jadwal penerbangan reguler dari Samarinda Kalimantan Timur.