BUDAYAWAN – Kesenian Reog Ponorogo, sebuah warisan budaya yang tak ternilai harganya, kini sedang menghadapi tantangan besar. Pemerintah Jawa Timur telah mengusulkan Reog sebagai warisan budaya tak benda kepada UNESCO. Namun, klaim dari Pemerintah Malaysia yang berniat mengajukan Reog sebagai warisan budaya mereka telah memicu kontroversi.
Namun, kita tidak boleh membiarkan klaim tersebut mengaburkan sejarah dan keindahan Reog Ponorogo. Sejarah kesenian ini telah tercatat sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan pada tahun 760 Masehi. Bahkan, prasasti dari Kerajaan pada tahun 1045 Masehi juga menyebutkan tentang keberadaan Reog . Ini menunjukkan betapa kaya dan berharga warisan budaya ini bagi masyarakat Ponorogo dan Indonesia secara keseluruhan.
Asal – Usul Reog Ponorogo
Salah satu versi asal-usul Reog ini bermula dari legenda Kelana Sewandana dan Singo Barong. Kisah ini menceritakan tentang perjuangan Kelana Sewandana, seorang raja yang ingin mempersunting Putri Kediri. Namun, untuk mendapatkan restu Putri Kediri, Kelana Sewandana harus mengalahkan Singo Barong, seekor singa yang kuat dan ganas. Dalam pertempuran yang sengit, Kelana Sewandana akhirnya berhasil mengalahkan Singo Barong dengan bantuan dua ekor burung Merak yang menjadi penolongnya.
Versi lain mengenai asal-usul Reog Ponorogo berkaitan dengan Ki Ageng Kutu, seorang abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan Surukebung yang digunakan untuk melatih para pemuda belajar ilmu kanuragan melalui permainan barongan. Namun, karena dianggap berkhianat, Ki Ageng Kutu ditaklukkan oleh Raden Katong, adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Sebagai imbalannya, Raja Brawijaya V memberikan tanah perdikan di Wengker kepada Raden Katong. Kisah ini kemudian menjadi inspirasi bagi nama tarian Reog.
Meskipun terjadi polemik antara Indonesia dan Malaysia terkait klaim Reog Ponorogo, kita tidak boleh melupakan pentingnya melestarikan dan menghargai warisan budaya ini. Reog Ponorogo merupakan simbol kekuatan, keberanian, dan keindahan seni yang unik. Kita harus bersatu dalam menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya kita kepada dunia.
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dengan tegas mendukung pengajuan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda di UNESCO. Beliau berharap bahwa pengajuan ini akan berhasil dan menjadi kebanggaan tidak hanya bagi masyarakat Ponorogo, tetapi juga bagi seluruh Indonesia.
Kita harus mengambil pelajaran dari polemik ini. Kekayaan budaya kita adalah aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. Kita harus bersatu dalam mempromosikan dan melindungi warisan budaya kita dari klaim yang tidak berdasar. Kesenian Reog Ponorogo adalah bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Mari kita jaga dan lestarikan kekayaan budaya kita untuk generasi mendatang.
BACA JUGA : ASAL USUL DAN BUDAYA SUKU MADURA