Sejarah Asal Usul Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat di Toraja, Sulawesi Selatan. Sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap orang yang telah meninggal. Rambu Solo juga bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang sudah meninggal ke dunia roh. Masyarakat Toraja menganggap orang yang meninggal benar-benar meninggal apabila seluruh syarat prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi.
Secara harafiah Rambu Solo berarti sinar yang mengarah ke bawah. Dengan demikian, Rambu Solo diartikan sebagai upacara yang dilakukan saat matahari terbenam. Sebutan lain dari Rambu Solo adalah Auk Rampe Matampu. Upacara Rambu Solo memakan biaya yang tidak sedikit, sehingga upacara ini. Dilakukan beberapa bulan atau beberapa tahun, bahkan bertahun-tahun setelah seseorang meninggal.
Besarnya biaya upacara Rambu Solo disebabkan karena upacara ini memerlukan penyembelihan kerbau atau babi. (Ma’tinggoro Tedang) dalam jumlah banyak dan lamanya prosesi upacara. Pemberian daging babi atau kerbau kepada keluarga yang ditinggalkan sebagai bentuk ikatan kekeluargaan.
Pemberian daging babi atau kerbau kepada keluarga yang ditinggalkan mempunyai dua bentuk, yaitu pertama. Sebagai bentuk belasungkawa (Pa’uaimata) dan sebagai balasan atas pemberian yang dilakukan oleh keluarga pelaksana Rambu Solo dahulu (Tangkean Suru’).
Prosesi pemakaman Rambu Solo terbagi menjadi dua jalur utama, yaitu:
* Prosesi pemakaman atau Rante
* Pertunjukan seni
Kedua prosesi tersebut tidak dilakukan secara terpisah melainkan berlangsung secara harmonis dalam satu kegiatan upacara pemakaman. Lamanya upacara Rambu Solo berkisar tiga sampai tujuh hari. Puncak acara Rambu Solo biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Upacara Rambu Solo dilaksanakan berdasarkan status orang yang meninggal.
Baca Selengkapnya………. Sejarah Asal Usul Adanya Ritual Ngaji Makam Gubuk Di Bayan